Tradisi Bersih Kuburan Saat Mid Autumn (Musim Gugur) suku Hakka

Di masa lampau, Hari Qing Ming (Cheng Beng) bukanlah hari sembahyang atau bersih kuburan bagi orang Hakka. Namun seiring perubahan yang terjadi pada kebiasaan masyarakat, barulah ada orang2 yang mulai melakukan persembahyangan leluhur pada saat Cheng Beng.
Tradisi orang Hakka bersih2 kuburan terjadi pada Musim Semi dan Musim Gugur bukan pada saat Cheng Beng. Hal ini bisa dilihat pada Perkumpulan Marga Tan di Pinangsia Jakarta yang karena pendirinya adalah perantau Hakka Tiongkok dan banyak pengurusnya yang keturunan Hakka, mereka adakan persembahyangan 2 kali dalam setahun yaitu Musim Semi dan Musim Gugur (2 Foto Persembahyangan Musim Gugur di Perkumpulan Marga Tan tahun lalu 2019 sebelum Covid 19)
Di Tiongkok, orang Hakka kebanyakan tinggal di daerah gunung. Mereka menerapkan sistem 2 kali penguburan. Yg pertama penguburan sementara dilakukan di atas gunung, setelah lewat beberapa tahun lamanya setelah menemukan tempat dengan Fengshui yang sesuai barulah diadakan penguburan kedua dimana tulang2 dibersihkan, diambil dan dimasukan ke dalam guci. Selain itu saat Qing Ming adalah hari sibuk bertani, mereka sibuk bekerja selama musim semi dan musim gugur karena ada pepatah tani Tiongkok yg mengatakan bahwa baik pada musim semi maupun musim panas, petani harus sigap bekerja, memanfaatkan setiap waktu yg ada, jangan menunda-nunda. Kebanyakan orang Hakka bergantung hidup pada pertanian, maka pada waktu2 tersebut tidak memungkinkan bagi orang Hakka membersihkan kuburan saat Qing Ming
Orang Hakka cenderung memilih waktu festival untuk menghormati leluhur karena saat festival makanan melimpah, manusia bisa menikmatinya dan juga mempersembahkan kepada Dewa. Selain itu musim gugur adalah saat panen melimpah dan pada saat bersamaan adalah musim senggang bagi para petani. Orang Hakka mempersembahkan panen 1 tahun pada leluhur sambil memohon agar panen tiap tahun berhasil dengan baik
Di wilayah Hakka, orang menyebut tradisi bersih kubur sebagai tradisi gantung kertas 挂纸. Kuburan dibersihkan, rumput liar dipotong dengan arit, mempersembahkan aneka sesajian pada leluhur berupa samseng (ayam, babi, ikan), buah, permen, biskuit, teh, arak, aneka kue untuk memulai persembahyangan.
Kertas sembahyang kuburan warna kuning yang dilumuri darah ayam jantan digantung di atas batu nisan, selain itu juga meletakkan 12 lembar kertas kuburan kecil di belakang kuburan membentuk setengah lingkaran merepresentasikan 12 bulan dalam setahun, kalau dalam setahun ada 13 bulan maka ditaruh 13 lembar. Darah ayam jantan ini diyakini sebagai penangkal serangan energi negatif dan gangguan makhluk lain. Namun jaman sekarang penggunaan darah ayam jantan sudah lebih jarang dan digantikan dengan kertas merah. Setelah itu membakar hio melakukan persembahyangan.
Setelah persembahyangan selesai, persembahan yang terbuat dari kertas seperti uang kertas, pakaian kertas, dll dibakar dan kemudian menyalakan petasan.
Oleh : Flora Tan