Remaja Hakka Berani Merantau Melintasi Samudra Demi Banggakan Orang Tua: Tjong Yong Hian Series (1)

Pada tahun 1867, seorang remaja China berumur 17 tahun yang tidak begitu dikenal, menumpangi sebuah kapal laut Belanda yang berlayar menuju Hindia Belanda (sekarang Indonesia) untuk mengadu nasib di tanah perantauan… .dan demikian dimulailah cerita tentang seorang pria yang luar biasa, yang melalui usaha perjuangan sepanjang hidupnya telah membantu mengubah sebuah kota pelabuhan kecil menjadi sebuah kota yang sekarang menjadi ibu kota propinsi Sumatra Utara, kota Medan, seorang pria yang perbuatan amalnya telah menyentuh kehidupan ribuan jiwa…
Kehidupan di China
Tjong Yong Hian (dikenal juga sebagai Zhang Yu Nan atau Zhang Rongxuan) lahir pada tahun 1850 di sebuah keluarga Hakka, di kota Songkou, Kabupaten Mei (Meixian), Propinsi Guangdong, China Selatan. Beliau dipanggil dengan nama Chiok Kon di rumah. Beliau adalah anak kedua dan mempunyai enam saudara laki- laki dan satu saudari perempuan. Ia dikenal sebagai anak yang berkelakuan baik dan selama masa kecilnya ia menerima pendidikan tradisional China dalam keluarganya yang kental dengan budaya Hakka.
Karena situasi kehidupan yang sulit setelah masa peperangan berakhir di China, ayahnya yang bernama Tjong Hie Liang, dikenal juga dengan nama Mian Sheng berjuang keras mencari nafkah. Akibatnya Yong Hian muda harus keluar dari sekolah untuk membantu ayahnya menjual biji- bijian, beras dan barang-barang kelontong di pasar-pasar tradisional di Songkou. Maka, mulailah dia belajar berdagang walaupun dalam skala kecil.
Sebagai seorang anak yang cerdas dengana ambisi besar, dia tidak dapat melihat masa depan yang cerah hanya dengan berjuang mencari nafkah di kampung halamannya. Pada masa itu, satu-satunya cara untuk menjadi sukses adalah dengan lulus Ujian Kerajaan. Itu adalah sesuatu yang tidak dapat dicapainya karena dia telah berhenti sekolah karena harus bekerja dari kecil. Dia berkata kepada ayahnya,”Sebagai seorang laki-laki, karena saya tidak dapat mengikuti Ujian Kerajaan untuk menjadi kaum terhormat, maka saya itu, satu-satunya mempunyai pikiran untuk pergi ke ujung dunia untuk mencari kekayaan saya.” Tjong Hie Liang memahami aspirasi putranya dan mengizinkannya untuk pergi bersama dengan seorang pedagang menuju Hindia Belanda.
Tiba di Hindia Belanda
Pada tahun 1867, berangkat dari pelabuhan Shantou, China, dia berlayar mengarungi Laut China Selatan. Setelah berlayar selama dua puluh hari, dia mendarat di Batavia (sekarang Jakarta). Selama tiga tahun, dia bekerja untuk seorang pedagang dan pemilik toko yang sukses, bernama Tjong Bi Shi (dikenal juga sebagai Thio Tiauw Siat atau Cheong Fatt Tze), seorang Hakka yang berasal dari kabupaten Tai Pu di Guangdong.
Yong Hian mengelola toko majikannya mengikuti prinsip-prinsip dagang tradisional yang berdasarkan kepercayaan, kehormatan. Oleh sebab itu, Tjong Bi Shi terkesan oleh rasa tanggung jawabnya, dan mulai mengandalkannya, hingga perlahan-lahan, urusan-urusan bisnis di perusahaannya pun dipercayakan kepada Tjong Yong Hian.
Pada usia 20, Tjong Yong Hian telah mempunyai tabungan dalam jumlah yang cukup sebagai modal untuk usahanya sendiri. meninggalkan Batavia menuju pulau Sumatra dan mendarat di Tanah Deli (sekarang Medan). Pada masa itu, Tanah Deli masih belum berkembang. Walaupun pemerintah kolonial Belanda mempunyai rencana untuk membangun Deli, tetapi rencana itu belum terlaksana. Sebagai seseorang yang cerdas dan berpikiran tajam, Tjong Yong Hian melihatnya sebagai sebuah daerah yang penuh dengan kesempatan. Dia pun memulai bisnisnya di sana, dengan mendirikan NV Wan Yun Chong, sebuah perusahaan dagang yang nantinya membesarkan namanya.