Sejarah Migrasi Hakka ke Indonesia

Leluhur Hakka berasal dari Dataran tengah (zhongyuan), dari Dataran tengah hijrah ke selatan, ini merupakan sebuah cabang etnis Han di Tiongkok begian selatan. Kebudayaan Hakka selain mempertahankan ciri utama kebudayaan Dataran tengah, disamping itu masih menampung intisari kebudayaan etnnnis setempat. Orang Hakka sering kali menjadikan pahlawan pria sebagai suri teladan, hal tersebut memberikan inspirasi untuk mendidik anak cucu, dapat belajar dari para senior yang telah berhasil dan berjasa dalam karirnya.
Ada yang berkata: “Dimana ada matahari, disana pasti ada orang Tionghoa; dimana ada orang Tionghoa, disana pasti ada orang Hakka.”
Masih ada orang yang berkata:”Dimana ada matahari, disana pasti ada orang Hakka; dimana ada lahan, disana pasti ada orang Hakka berkelompok dan bermukim, dengan jerih payah berkarya, berkembang biak dan turun temurun.”
Dikarenakan orang Hakka berlalang buana ke seluruh dunia, bermigrasi secara global, bahkan dikalangan bisnis luar negeri banyak yang berhasil, sehingga ada yang dijuluki “Orang Yahudi dari timur”.
Orang Hakka merupakan orang Han yang berhijrah ke selatan.
Begitu membicarakan orang Hakka, orang akan segera bertanya: “Apa yang dinamakan ‘Hakka’ itu?”
Istilah “Hakka” dalam Bahasa Hakka dan dialek Guangdong berbunyi “Hakka”, mempunyai konotasi “Tamu”. Di dalam kamus [Cihai] dijelaskan sebagai berikut: Konon di awal abad ke 4 (tahun terakhir Dinasti Jin barat), sebagian orang Han yang bermukim di lembah Sungai Kuning menyeberang sungai Kuning ke selatan disebabkan oleh musibah kekacauan peperangan, hingga akhir abad ke 9 (tahun akhir Dinasti Tang) dan awal abad ke 13 (tahun akhir Dinasti Song selatan) kembali ada sekelompok besar orang Han hijrah ke selatan sampai di Ye, Min, Gan, Chuan…. yang kini dinamakan provinsi Guangdong, Fujian, Guangxi, Jiangsi, Hunan, Taiwan dan provinsi lainnya dan tempat lain di luar negeri. Untuk membedakan dengan penduduk local asli, para imigran ini menamakan diri sendiri sebagai “Tamu:, atau “Hakka” atau “orang Hakka”.
Disini dapat terlihat, leluhur orang Hakka dari Dataran tengah (zhongyuan), berhijrah ke selatan dan merupakan sebuah cabang etnis Han di bagian selatan Tiongkok. Lokasi pemukiman utama orang Hakka di Gan selatan, Min barat, Ye timur, dimana ada 29 kabupaten adalah “Kabupaten Hakka Asli”. Sebelum tahun akhir Dinasti Song, Ninghua merupakan pusat distribusi orang Hakka; pada akhir Dinasti Ming dan awal Dinasti Ching, distrik Jiaying (sekarang kota Meizhou) merupakan pusat distribusi orang Hakka. Disini dijadikan sumbu oleh orang Hakka untuk tahap demi tahap berekspansi ke selatan Tiongkok dan membentuk sebuah sub-kebangsaan yang unik—sub kebangsaan Hakka, menjadi satu cabang penting dari 8 besar sub kebangsaan etnis Han.
Menurut penelitian, leluhur orang Hakka, sudah pernah eksodus besar-besaran ke selatan:
Pertama kali eksodus ke selatan terjadi pada era Raja Qin. Setelah Raja Qin mempersatukan Tiongkok pada tahun 221 sebelum masehi, untuk kebutuhan politik dan militer, mengirimkan pasukan 600 ribu orang “menaklukan baiyue”. Pasukan Qin yang ke selatan, melalui pinggiran Min, Yue, dan Gan tiba di Jieling (yakni Gunung Jieyang, kini 150 km di utara kabupaten Jieyang), langsung merasuk ke Xingning, Haifeng perbatasan dua kabupaten. Pada tahun 214 sebelum Masehi, Raja Qin kembali mengirim 500 ribu pasukan “menjaga 5 pegunungan selatan” (sekarang daerah Guangdong dan Guangxi). Pasukan tersebut sepanjang tahun “menjaga 5 pegunungan dan hidup diantara orang Yue”). Setelah Dinasti Qin musnah, semua pasukan Qin dari kedua kloter yang ke selatan ditinggalkan di sana, menjadi kloter pertama orang Hakka.
Kedua kali eksodus ke selatan terjadi pada era “5 etnis minoritas utara mengacaukan Tiongkok”. Kala itu, untuk mengungsi, sebagian penduduk Dataran tengah berpindah-pindah dan hijrah ke daerah pinggiran Min, Yue, dan Gan. Kemudian disebabkan oleh konfrontasi utara-selatan, ada lagi sekitar 960 ribu rakyat Dataran tengah hijrah ke selatan sampai di kedua tepi aliran tengah sungai Yangze. Diantaranya sebagian penduduk masuk ke Gan selatan, sebagian melalui Ningdu, Shingcheng menuju daerah Min dan Yue.
Ketiga kali eksodus ke selatan terjadi pada era pemberontakan Huangchao. Pertama adalah kekacauan An lusan dan Shi siming di era Dinasti Tang, mendatangkan musibah besar bagi rakyat, dan memaksa mayoritas orang Han Dataran tengah kabur ke selatan. Pemberontakan Huangchao di akhir Dinasti Tang, kembali lagi ada orang Han Dataran tengah kabur masuk ke daerah Min, Yue dan Gan. Seperti keluarga kerjaan Li meng, dari Changan hijrah ke Biangliang, kemudian dilanjutkan lagi pindah ke desa Gubi kabupaten Ninghua provinsi Fujian. Orang Gushi Wangxu dan Wangchao menanggapi pemberontakan Huangchao, memimpin pasukan pemberontak rakyat Guangzhou dan Shouzhou 5 ribu orang menuju Jiangxi, sehingga membuat populasi sekitar pinggiran Min dan Gan meningkat tajan.
Keempat kali eksodus ke selatan terjadi di era Dinasti Song yang menyeberang ke selatan, sebagian pejabat dan masyarakat bermigrasi ke sekitar lembah taihu, sebagian pejabat dan masyarakat bermigrasi ke sekitar lembah Taihu. Pejabat dan masyarakat bermigrasi ke sekitar lembah Taihu. Pejabat danmasyarakat lainnya ada yang melintasi pegunungan Dageng, masuk ke Nanxiong, Shixing, Shaozhou; ada yang menelusuri Hong, Ji, Qianzhou, terakhir dari Qianzhu masuk ke Tingzhou; ada yang tertahan di setiap kabupaten Gan. Pada akhir tahun Song Selatan, tentara Mongol menyerbu ke selatan, masih dibarengi oleh masyarakat Jiangsu dan Zhejiang serta Jiangxi, dari Putian melarikan diri ke pesisir pantai Guangdong dan Chaoshan hingga pulau Hainan.
Eksodus ke selatan kelima terjadi di era akhir Dinasti Ming dan awal Dinasti Qing. Kala itu, orang Hakka yang tinggal di Gan selatan, Yue Timur dan Yue Utara disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, bahkan permukiman yang banyak gunung dan kurangnya lahan, sehingga hijrah menuju masing-masing wilayah Chuan, Xiang, Gui, Tai, serta sekitar Yue tengah dan Yue Barat, kali ini merupakan eksodus besar-besaran, dalam sejarah Hakka dinamakan “gerakan menuju barat”. Orang Hakka Sichuan pada dasarnya berasal dari hasil “gerakan menuju barat’ ini. Ketika itu penduduk Sichuan berkurang tajam dikarenakan kekacauan peperangan, wabah penyakit dan bencana alam, pemerintah Ching secara khusus mendorong migrasi dari “Hunan dan Guangdong memenuhi Sichuan”.
Eksodus ke selatan keenam adalah pada pertengahan abad ke 19 di era Taiping. Ketika itu mengungsi untuk menghindar kekacauan peperangan, sebagian orang Hakka hijrah ke Asia Selatan, ada juga yang dibujuk menjadi kuli kontrak, lalu digiring ke Malaysia, Amerika, Panama, Brazilia dan tempat lainnya.
Selain eksodus ke selatan besar-besaran selama 6 kali tersebut, Orang Han Dataran tengah juga ada yang hijrah ke selatan yang disebabkan oleh kemarau panjang dan air bah, lainnya para mantan pejabat yang mengalami penurunan pangkat atau dibuang, berdagan, berstudi harus menetap di daerah pinggiran Min, Yue dan Gan, namun bukannya seluruh orang Han yang hijrah ke selatan menjadi orang Hakka, diantara mereka yang hanya orang sub-etnis Min, Yue, dan Gan serta asalnya dari orang sub-etnis tersebut, baru bisa dinamakan orang Hakka.
Menurut data statistic orang Hakka yang sekarang tinggal di Tiongkok, terutama tersebar di Guangdong, Jiangxi, Fujian, Sichuan, Hunan, Hubei, Guizhou, Taiwan, Hongkong, Macao dan daerah lainnya, total populasi mencapai 5% dari populasi etnis Han. Di luar negeri, di Asia tenggara orang Hakka terutama tersebar di Thailand, Malaysia, Indonesia, Singapura, di Asia Timur ada di Jepang, Korea, di benua Amerika ada di Amerika Serikat, Kanada, Brazilia, di Eropa ada di Inggris, Perancis, Belanda, Belgia, Luksemburg, Jerman, Austria dan 80 negara serta wilayah lainnya, sejumlah 30 juta jiwa.
Leluhur Hakka pada awal mulanya bermukim di utara, kemudian hijrah ke selatan sungai Yangtze, masing-masing bermukim di provinsi Gan, Min, Yue, Xiang, Tai dan Qiong, dan lambat laun menyebar ke luar negeri, penyebarannya hingga seluruh dunia. Gan selatan merupakan pos pertama leluhur Hakka melakukan eksodus ke selatan. Merupakan salah satu daerah yang paling banyak dihuni dan paling terkonsentrasi. Julukan “Hakka” yang satu ini berkaitan dengan asal usul dan eksodus leluhur Hakka. Untuk tempat pemukiman, orang-orang ini yang hijrah dari tempat lain sebagai “tamu:, dapat dikatakan tanpa eksodus tidak mungkin ada sebutan Hakka.
Penyebab eksodus Hakka berbagai ragam. Pada awalnya terutama berasal dari ancaman bencana, seperti kejamnya peperangan, air bah, kemarau panjang, serangan serangga dan pukulan bencana alam lainnya yang luar biasa serta penyakit menular yang begitu sering. Dalam sejarah Tiongkok setiap kali terjadi kekacauan peperangan yang berskala besar, hampir seluruhnya menyebabkan eksodus besar besaran orang Hakka. Menurut catatan sejarah, pada era dinasti Utara-Selatan sudah ada eksodus besar-besaran leluhur orang Hakka. Dapat dibayangkan, dalam kurun waktu yang begitu lama, peristiwa “5 kaum minoritas utara dan 16 negara”, peperangan tanpa akhir, dimana-mana terjadi kesengsaraan, bila tidak melarikan diri, apakah masih bisa hidup? Konon leluhur kita marga Chen justru pada saat itu meninggalkan Yi Barat kampong halamannya, berpindah-pindah terakhir menetap di kabupaten Gan. “Bulan nan terang adalah bulan di kampung halaman”, pada awalnya, para leluhur kemungkinan hanya ingin menetap sementara, namun lama-kelamaan menjadi biasa. Ahirnya membangun pemukiman, mereklamasi lahan, memelihara ternak, bermukim untuk selamanya, dari sementara menetap yakni “tamu” sampai bermukim selamanya. Demikian menjadi Hakka selamanya.
Perlu dicatat, eksodus adalah suatu metode yang khusus. Konon Raja Qin untuk membangun istana Epang, menggiring puluhan ribu “tukang kayu” menuju Gan Selatan membalak hutan untuk membangun negara, bagi ang tidak mati kelelahan lalu menetap disana, ini kira-kira leluhur Hakka yang paling awal di Gan selatan.
Proses eksodus sudah pasti penuh kesulitan dan bahaya. Bayangkan memapah orang tua dan menggendong anak kecil, mendaki gunung dan menyebrangi sungai, tiba di lokasi yang begitu asing untuk menetap disana. Leluhur Hakka dengan jerih payah membuka jalan dan mengatasi kesulitan, dimana “gunung melintang langsung dijelajahi, sungai menghadang segera dilintasi”. Pada akhinya mereka sanggup mengatasinya, sehingga terbentuk sub-kebangsaan yang beranggotakan puluhan juta orang seraya berkembang dan tumbuhb subur seperti sekarang ini.
Prosedur tahap terakhir eksodus adalah membangun rumah dan berdomisili. Seseorang penatua Hakka berkata: “Yang paling penting menetukan letak kampong dalam hal berdomisili. Bagaimana penentuanya? Harus lihat Fengshui, bukannya Fengshui yang seperti peramal menceritakan takhayul. Terutama yang bisa mendapatkan sinar matahari, melihat arah angina, dekat sumber air, berdampingan dengan gunung yang kuat, memilih posis tanah yang tinggi. Serta menghadap kea rah selatan, menghadapi matahari dan membelakangi angin, dekat dengan sumber kayu bakar dan kemudahan mendapatkan air, serta memperoleh ruang pandang yang luas merupakan pilihal yang paling ideal”.
Banyak orang sering kali memuji orang Hakka rajin, berani, tekun dan pandai. Hakka sebagai sebuah kelompok sub-kebangsaan, dikarenakan beberapa generasi dan sering kali melakukan penghijrahan jarak jauh, secara alamiah lebih bervariasi dan lebih dalam mengalami realitas sosial dan realitas produksi dibandingkan dengan kelompok lainnya, juga pasti mendapat lebih banyak tempaan dan nutrisi dan telah mengumpulkan lebih banyak pengalaman dalam pengurusan yang terkait dengan alam serta hubungan sosial masyarakat. Oleh sebab itu, kelompok Hakka telah tampil begitu banyak politikus, ilmuan, sastrawan juga pebisnis.
印尼客家人迁移史
「有太阳的地方,就有华人;有华人的地方,就有客家人。」据说,印度尼西亚共和国现有华人两千多万,而客家人约有八百多万。长期以来,印尼客家人为印尼的国家独立和经济建设及社会进步作做出了巨大的贡献,谱写了融入主流社会的篇章。
客家人从中国广东、福建迁移来到印尼的历史悠久。据1940年南宋未年商务印书馆出版的《华侨名人故事录》记载,南宋未年,元军进佔中原,南下福建、江西、广东,时为宋朝右丞相的文天(江西吉安人)先后在赣州、梅州等地方微集义军,起兵勤王。1277年3月,文天祥率勤王师收复梅州,梅州地区有800多人应微参加义军,梅县松口卓谋等名列之名册。1279年文天祥兵败崖山(今广东新会),南宋被灭亡,卓谋与家乡10多位青年乘木筏由海上季风漂流到婆罗洲(今印尼加里曼丹)定居。此为由史料记载的梅州客家人飘洋过海南来印尼的最早记录,距今已有735年历史。
「蒙古族灭掉南宋,建立了元朝,在全国推行民族压迫政策,加上战乱和天灾等原因,加快了梅州客家人避居海外的进程。国学泰斗、香港中文大学教授跷宗颐先生(祖籍广东梅县松口,出生于湖州)在《湖州志•交通志》记载:「原始三佛齐(今印尼巨港)已有闽粤人足迹。」这亦是梅州客家人出南洋的记载。
「1407年,明朝三宝大监郑和率领庞大舰队到达婆罗洲(今印尼加里曼丹)三发,决定除在马六甲建立下南洋的中转站外,还在西加的三发、爪哇的锡顺 (东爪哇泗水附近)和苏门答腊的巨港建立三个停留站,作为休息、保养和添加粮食、淡水的主要根据地。因此,当年三宝公在三发附近设立一个「三发华人回教会社」,留下一批人员在当地建设发展和宣传回教与儒家文化,也作为郑和七下西洋大舰队的联络中心地之一。」「郑和七下西洋,首次带来人马2万7千人,留下者 也最少万人以上。」
据《蕉岭县志》(1992年出版)记载,明朝永乐年间(1405-1433年)郑和七次下西洋,其中有一支由梅州客家人组成的队伍,因在马来亚上岸 后迷路,便在吉兰丹牙拉顶深山定居,其中有一位是蕉岭县峰口乡孙姓人。据此推算,上述郑和下西洋在西加里曼丹三发等地建立三个停留站,留下的管理人员应有 梅州客家人。
「明朝嘉靖年间,大埔人萧晚、程乡(今梅县)人林朝曦与饶平人张琏为首的农民起义发展到10万人,后为明朝大将戚继光所败,不少人逃往南洋谋生。」
「海上武装反抗明朝的林清干、林凤集团,其中有不少梅州人,被明军灭亡后,不少部属流散到印度尼西亚等东南亚各国定居,梅州乡民亦有不少人跟随前往。」
据《大埔县志》(1992年出版)载:明崇祯13年(1640年)大埔长治乡民江龙、大东乡民罗宏等人参加郑成功的抗清义军,随郑到台湾,兵败后, 他们由台湾转至东南亚谋生。
明末清初许多闽粤一带的客家人,有不少是反清复明为宗旨的“洪门”(即天地会)的信徒。当时中国社会政治动荡不安,许多人选择 远渡重洋,到婆罗洲以开采金矿为业。这些客家人,当时以嘉应州(今梅州市)、惠州、海陆丰出身者居多。到十八世纪中业,总数已发展到7万多人。他们当时已 分成20几个集团组织,都以“公司”为名。所谓“公司”,其实是明末清初闽粤两省农村中一种带有帮会性质的经济组合形式。
1772年,嘉应州(今梅县)石扇堡人罗芳伯,因参加反清复明的秘密组织“天地会”,被清朝官府获悉,不能在乡立足,便邀集江戊伯等一批同乡连同福 建永定等地的客家人一起,从虎门乘木船随季风漂流到婆罗洲加里曼丹之坤甸东万律谋生。初时他设馆当教师授华文两年,后邀集一百多名客家人从事开采金矿。 1777年创办“兰芳公司”,数年内控制东万律及周围金矿区。
1794年,他协助坤甸苏丹平定内乱,势力大增。当地酋长割地相让。“兰芳公司”管辖之土地纵横千里,附近闽粤客家人掌控的采金公司闻风归附,人口 达10多万人。罗芳伯被推为“大唐总长”。“兰芳公司”独立自主,开设华文学校,扩充市场,制订法律,教练兵员,征租收税,政通人和,为开发和建设西加里 曼丹建立了卓越的功勋。
1886年,“兰芳公司”始被荷兰殖民者强占。“兰芳公司”自创立至结束达109年之久,形成华人移民社会的雏形,这段期间梅州家乡的客家人慕名南来加盟者数以万计。1770年左右,西加里曼丹鹿邑苏丹,曾邀请三万名客家人来到当地开金矿。
至今,“从坤甸沿着卡布阿斯河往上走,河畔仍然保留许多传统聚落,其中一个名叫双沟月(Sungai Ayak)的美丽村落,住了大约4000位客家人,多以割胶务农打工为生。从外表很难分辨是华人或原住民,住的房子也和当地原住民差不多,不过他们仍然说 着地道的梅县客家话。根据当地居民表示,他们的祖先是在18世纪跟着罗芳伯到此开金矿,之后在当地娶妻生子,建立起自己的家园,至今已经繁衍4、5代了, 与当地原住民相处融洽,就像一家人。在这里的客家人过着桃花源般的生活,从当地传唱的一首客家山歌,就可以理解当年客家先辈为什么会在这里落地生根:双沟 月,好地方;树满山,谷满仓;天旱时,鱼群上;打到鱼群来做餐。”(《静水流深――东南亚廿客家良材》第36页,台湾行政院客家委员会编)
清朝同治年间(1864年)12月,太平天国康王汪海洋兵败嘉应州,1866年,被清军收降和斩杀的太平军将士计6.6万人。至此,太平军余部在梅州全军覆灭。梅州人以及太平军中的梅州人又一次被迫逃亡日本和东南亚各国。(7)
因太平军首领洪秀全祖籍在嘉应州石坑堡,故有“太平军起于嘉应、灭于嘉应”之说。自清朝咸丰、同治年间,即1851年至1864年,由祖籍嘉应州(今梅 县)石坑堡的洪秀全领导的以客家人为基本队伍的农民革命所建立的太平天国政权,时间持续了14年。“太平天国的首都天京(今南京)陷落后,清廷实行血腥大 屠杀,捣毁洪秀全在嘉应州的祖屋祖坟,株连斩杀洪氏族人及亲朋戚友,幸存者被迫逃亡日本和东南亚各国。”(8)
由于政治原因,除南宋末年的抗元、清初的“反清复明”、清末的太平天国运动以及孙中山领导的武装起义失败后,随员逃亡海外谋生的以外,近现代也有不少梅州人为避政治迫害而流亡海外的。在抗日战争、国共内战及大陆易炽前夕,许多梅州客家人因避抓兵或避祸而出走印尼的亦不少。
“客家人从中原南迁后,广阔的南方平原和良好环境已被他人占据,客家人只好往边远山区迁徙而居。山区土地贫瘠,交通不便,谋生困难,灾荒不断,素有 勤劳刻苦的客家人为了生计,不得不远走他乡,另谋生路。梅州境内梅江、韩江贯穿其间,且通往汕头港口,是唯一的水上交通要道,也是最佳的出洋选择,故乡民 多由此向南洋各地谋生。”(9)
十七世纪中、末期,荷兰殖民者的东印度公司为了开发印尼,不断派船到中国沿海一带捕获中国劳工,输往印尼各地。同时,又千方百计掠夺和欺骗华人到巴 达维亚前往垦殖。当时,嘉应州的客家人连怀邀集一批同乡前来巴城谋生,与从泗水来雅加达的同乡黄班结为好友。在1740年10月荷兰殖民者制造了举世震惊 的“红溪惨案”,被杀害的华侨上万人。连怀与黄班与逃至郊区的华侨(其中不少是客家人)汇集成立抗荷义军18000多人,他们俩为义军首领转战爪哇各地, 直到1743年12月反荷战争失败。
“鸦片战争后的百年间,是客家人移居东南亚的高峰期。由于清朝实行严格的海禁政策,在此之前的移民,自然属于非法,风险相对很高。鸦片战争后,清帝 国门户洞开,政府已无力阻止华工出国谋生。中国的动乱,加上西方资本主义国家陆续控制且开发东南亚资源,需要大批人力,因此闽粤两地的穷苦农民,或自愿、 或受骗,相继大举过番到南洋。”(10)
印尼群岛沦为荷兰殖民地时期,在加里曼丹岛西部、苏门答腊岛东海岸和爪哇岛北岸一带,都居住了大批经商的华人,其中不少是客家人。如:富甲东南亚的客家人张弼士、棉兰开埠功臣张榕轩张耀轩昆仲,巴城中华会馆创办人丘燮亭、潘立斋及梁辉运的父亲采臣公等。
十九世纪中叶,在苏门答腊岛东海岸一带,荷兰殖民者或苏丹或华人经营的种植园(烟叶、咖啡、橡胶、椰子、胡椒)的劳工;在西加里曼丹开采金矿,在勿里洞岛和邦加岛开采锡矿的劳工,大部分也是客家人。他们是在被拐骗卖身去充当“契约华工”,即“卖猪仔”。
梅州客家人前来印尼的途径还有是:
1.“水客”引带出洋。许多乡民通过戚族关系,由带新客出洋为职业的“水客”直接把人带到南洋。如:梅县隆文镇的“水客”萧育斋在印尼40多年间, 经他带到南洋的叔侄亲友就有400多人;白宫镇的“水客”李职昌,操“水客”业30多年间,给他带出的就有1000多人。梅州市有“水客”从业人员最多时 达700多人。
“水客”是往返唐山与南洋之间,专门替华侨和侨眷带信,代写书信,带银钱,捎物品,甚至捎带人员出洋的职业人员。水客从华侨那里收取若干“走水钱”的报酬,一般为花费银钱的3%至10%。此业务一直延续到上世纪五十年代。水客成为海外华侨和乡民的桥梁和纽带。
2.“婚配出洋。过去,出洋者多为男青壮年,在家尚无妻室。到南洋经过三年五载的艰苦努力,有了一定的积蓄,便与家乡亲人联系物色女子,待‘水客’ 返乡复出时,把唐山妹带出成亲。有些华侨后裔,也因长辈之命,委托‘水客’从原乡带出姑娘进行婚配。昔时,梅州各县男子大多都外出谋生,乡中女人占了绝大 部分,加之山多田少,生活艰难,许多青年姑娘都乐于去过番,嫁个华侨。”(11)
3.“继承财产。在海外的华侨,经过几十年的辛勤耕耘,有了自己的事业,且发展起来了。自己却到了晚年或积劳成疾,继续经营管理已力不从心。为了一 生的血汗不在外断送,后继有人。于是就让其国内的亲人出国接管继承其事业。除此,还有相当一些人因事业的壮大,人手不足,叫原乡亲友出洋协助,这在梅州乡 间占有一定的比重。”(12)
客家人在印尼多因地缘、亲缘、业务关系而聚居。如印尼加里曼丹以梅州、福建籍的客家人居多。这是早在1772年间,梅县石扇人罗芳伯带领一批客家人在该地 定居谋生,随着时间的推移,当地的金矿开采不断发展,需要大量的劳力,于是梅县籍的华侨又通过“水客”从家乡引带出众多的乡民,使西加里曼丹的梅州籍华侨 越来越多。客家话通行于西加里曼丹,至今二百多年来,客家话盛行,当地的福建、广府、潮州、海南籍的华人,以及许多达雅族或马来族人都能讲一口流利的客家 话。
勿里洞岛、邦加岛锡矿开采亦是一百多年来招收了大量的客家人,至今客家话通行。还有苏门答腊岛的亚齐亦是通行客家话。
客家人移民来到印尼已有700多年的历史,早期的客家先贤胼手胝足,白手起家,一旦生活逐渐安定,有能力者却纷纷办学,并从祖籍地聘请教师授课,客 家人更有“宁卖祖宗田,莫卖祖宗言”的古训。由于印尼是海外华人聚居最多的地区,也是海外客家人聚居最多的地区,客家人开办华文教育渊源流长,成就最大。
如:两百多年前的梅县客家人罗芳伯抵达西加里曼丹东万律,先开设私塾教书两年。后来与一批客家人创立了“兰芳公司”,当即创设华文学校,从梅县家乡招聘教师,大幅提升十多万华人的文化程度,连当地的达雅族、马来族亦喜欢将子女送入兰芳学校以认识汉字为荣。
1900年3月17日,福建籍侨贤潘景赫、李兴濂与梅县籍侨贤丘燮亭、梁映堂、潘立斋等20人创办“巴城中华会馆”,旋于1901年3月17日,创办全印尼第一所华文学校~中华会馆中华学校。
再如:十九世纪中期从梅县松口家乡南来苏门答腊岛棉兰的张榕轩艰苦创业致富后,邀约弟弟张耀轩出洋协助发展事业。1908年他们兄弟俩在棉兰市独资创办“敦本学堂”,凡入学者一律免费,开苏岛华文教育之先河。
1926年,梅县籍富商刘宜应还在椰城新巴剎创办“平民学校”。
客家神庙祠堂
早期南来印尼的客家人在未倡办华侨教育以前,神庙就是华侨聚会之所。“根据记录,从1812年-1847年,巴达维亚及附近地区共建立了9间华人神 庙,其中有4间神庙是客家人参与建立的。第一间是1812年在Jl.Perniagaan Selatan建立的李铁拐先师庙,由一批中药店和中医所创设。另一批客家华商则设立吕洞宾庙祭拜。1823年,客家人从事米粮和食油的商贩在早市 (PASAR PAGI)一带创立‘大伯公庙’(后来该庙搬迁到Jl.Pejagalan,印尼名为Wihara PadiLapa,意即稻米和椰子庙),是来自广东全部客家人设立的最早神庙之一。1847年,在火车站附近的石桥头(Jl.Jembatan Batu),一批客家乡亲又创设三元观(三皇大帝)并设立一个办事处,联络乡亲开展互助福利工作。”(引自李卓辉编着《七代联辉――梁世桢家族创业兴学风 雨历程》第35页)。
客家人在椰城创建的庵堂寺庙还有近百年历史的“南华寺”、有30多年历史的“菩提念佛社”,“慈航庵”等数十间。在棉兰由梅县籍富商张榕轩张耀轩昆 仲捐建的“关帝庙”、“天后宫”以及在巴烟捐建的“观音宫”,都有一百多年的历史。在万隆有近百年历史的“灵光寺”及“观音堂”等;在西加里曼丹坤甸有 “大伯公庙”;勿里洞有“观音寺”等。
客家祠堂是客家人生活的重心。每年春秋两祭,是本姓氏族人慎终追远、敦睦宗谊、弘扬华夏文化、光大客家传统的盛典。1823年,椰城客家贤达在石桥头创办 “百氏总义祠”,将客属百家姓氏的先祖神牌摆放于神龛,供春秋两祭。尔后,椰城客家各姓氏纷纷兴建姓氏祠堂,有张弼士先贤创办的清河堂“张氏宗祠”,已有 近150年历史;有刘氏宗祠、李氏宗祠、叶氏宗祠、廖氏宗祠、杨氏宗祠、何氏宗祠、饶氏宗祠等近百座。
印尼客家人职业
一百多年前的印尼客家人早期的职业“以小商小贩为起点,以薄利多销、为民众服务为宗旨,从事华侨小区的商业活动。他们以肩挑叫卖、走村串巷,或在村 头搭起亚答察,摆卖日用生活必需品,诸如油盐米面、肥皂、火柴、茶叶、京果、小吃等。或开亚弄店经营日用百货和生活用品。有的开客家饮食店,如米粉、煮 面,蒸发粄,做年糕(甜粄)、月饼等。小商小贩以小额资本、微薄利润从事商业活动,辛勤劳作,省吃俭用,积蓄钱粮,寄回家乡赡养家庭。”(13)
“清末民初的华侨,已逐步摆脱肩挑叫卖和原始的生产方式,向固定的、有商号的、有资本的方向发展。以机械代替手工,以稳定代替游民,以家族代替家 庭,从山中走到平原,从乡村走向城市。从单一的商业意识向纵合性经营发展。第二次世界大战后,广大华侨逐步有了自己的事业,有的成为富商巨贾。”(14)
二十世纪初、中期,印尼客家人纷纷参与创办会馆、华文学校、华文报刊,让中华文化薪火相传。如,1900年梅县客家贤达梁辉运、丘燮亭、潘立斋与福 建籍贤达等20人,先后创办巴城中华会馆和中华学校(八华学校);丘燮亭等又创办客属总义祠的“义成学校”(华侨公学);大埔人郭纬君等在椰城创办“中南 学校”;1949年,梅县人麦爝煊煊等创办椰城“中华中学”;1951年,梅县人章勋义、彭精一、张祝三、彭子云,惠州人刁雨初、李剑民、大埔人郭纬君、 蕉岭人吴慎机、永定人游子平等10多人创办“椰嘉达中山中学”;第二次世界大战后,梅县人刘宜应、刘家祺与司徒赞“广府人”及福建人等一起创办“雅加达联 合中学”,后易名“华侨公立巴城中学”,刘宜应和刘家祺还捐献1.6万平方米地皮作为巴中新校址;1956年,梅县人杨伟彬、彭精一、丘正欧,惠州人李剑 民与北方人李国元及雅加达灵粮常牧师赵世光博士和印尼基督教党主席谭布南博士等创办基督教珈玛烈大学,先开办文学院、商学院;1968年3月,梅县籍银行 家饶博基创办雅加达大同中学、小学,捐献5千平方米地皮建校舍,成为“九•卅”事件后全印尼第一家华文学校,共有印尼籍或中国籍及无国籍的华裔学生3千多 人。还有平远人在勿里洞创办“新华中小学”;紫金人秦家盛创办坤甸“嘉华学校”等。
上世纪初至六十年代,梅州籍华侨在印尼的华文教育和华文报业都占有很大的比重。几乎所有华校都有梅州客家人任校长或教员;华文报社亦如此,从董事长、总编辑到编辑、记者,客家人居于主流。
1921年,蕉岭人吴公辅、吴伟康等在雅加达创办《天声日报》,同乡钟公任任总编辑。1928年,梅县人饶简在棉兰集资创办《新中华报》,任董事 长。梅县人梁锡佑曾于三十年代中期担任《天声日报》副社长,1953年接任《自由报》董事长。蕉岭人吴慎机1937年出任《天声日报》社长,1945年复 办《天声日报》,1955年任《天声日报》董事长。梅县人丘正欧于上世纪五十年代初期接任《天声日报》总编辑兼总主笔。梅县人宋中铨1932年出任 1901年创办的雅加达《新报》的执行编辑,协助总编辑谢佐舜(梅县人)发展华文版10年,二战后《新报》华文版复刊,宋中铨任总编辑。蕉岭人林琼光 1935年到雅加达出任《天声日报》编辑,1940年任《新报》编辑,1945年出任《新报》副总编辑,负责印尼新闻和撰写社论;1960年3月《新报》 被封闭后,他同司徒眉生(广府人)创办《首都日报》,出任总编辑。蕉岭籍人钟介民1950年任印尼雅加达《天声日报》和《天声丛刊》主编。梅县籍华侨在泗 水创办《泗滨日报》。
印尼客家人在音乐、戏剧事业等方面贡献良多。椰城大埔同乡会于1964年2月在新巴剎国家剧院演出古装汉剧《花灯案》与《彩楼配》,演出十多天,场场爆满。1965年春,大埔同乡会再度在椰城公演古装汉剧《秦香莲》,深为老一辈乡亲喜爱。
当年,椰城松口同乡会在快乐世界篮球场演出山歌剧《金银花》、《挽水西流》,受到各界人士特别是客属乡亲的赞扬。
著名音乐家管天来(祖籍梅县,出生于西加省山口洋)自己填词作曲,撰写了许多华文儿童歌曲和音乐作品。他于1963年至1964年全力创作并导演了大型音乐舞蹈史诗《华侨大合唱》,率领雅加达新华中学合唱团成员在雅加达篮球总会的篮球场公开演出,获得空前成功。
印尼客家人经营金融业的巨贾富商有:1886年,梅县籍的华侨富商张榕轩、张耀轩昆仲,与大埔籍侨商张弼士在棉兰合资开设日里华侨银行;1910 年,张耀轩应张弼士之邀从棉兰前往巴达维亚,会见当地福建籍侨商许金安、李全俊等参与筹办“中华银行”,在总股份六百份中张耀轩占三分之一。上世纪五、六 十年代,梅县籍华人饶博基、饶耀武分别在椰城开设银行。1977年,梅县籍华人杨浩及夫人梁冰斐在雅加达共同创办“玛京都(MAKINDO)股票证券公 司”。
房地产开发业。祖籍梅县松口的华人实业家梁世桢秉承太祖父采臣公、曾祖父映堂公、祖父密庵公、父亲锡佑公“诚信创业”的家风,1970年在椰城创办 “全宝集团”,涉足房地产业,先后开发万豪新村和椰风新城成为雅加达最繁华的商业卫星城镇;1990年“全宝公司”成功上市,成为印尼股票交易所的第一家 房地产上市公司,是目前印尼五大房产上市公司之一;2013年4月“全宝集团”在雅加达创建崇德新城内努阿里大桥通车典礼及新城中心区地标落成举行庆典, 大展宏图。
祖籍蕉岭高思的华人企业家汤新隆继承父亲锡霖公开发房地产的事业,从德国留学回来,于上世纪70年代中期在椰城创办“阿贡波多摩罗集团”,将东西方经营理念揉合一体,开发了众多的高层公寓楼、大厦、商场、工业区和住宅区,在房地产建筑业独树一帜。
高科技产业。祖籍广东陆丰客家的印尼著名华人实业家彭云鹏于上世纪70年代创办“峇里多太平洋集团”,早期经营木材等资源开发。后来他审时度势,带 领集团团队转向高科技的石化企业、绿色能源建设等领域,事业辉煌。2003年,该集团向美国Conoco Philips收购了在印尼Natuna的石油和天然气开发,生产的煤气通过500公里的深海输气管直接输送到新加坡,供应给新加坡发电站,供应期为25 年。Natuna生产的原油,是卖给英国石油公司(BP)。2004年,他的企业又向美国的Unocal收购了在万隆的Wayang Windu的地热发电工程,可供应600MW的电力原料,供应给印尼国营电力公司。白手起家的他在商界纵横驰骋30多年,其“峇里多太平集团”累计为印尼 创造了600多亿美元的外汇,还为数万人提供了就业机会。该集团还拥有30万公顷的人造林(植树)纸浆基地。半个世纪以来,印尼客家籍的华人企业家崛起于 印尼商界,许多佼佼者事业昌隆,但务实低调。他们中有经营航空公司、银行、证劵股票行、高尔夫球场,咖啡、可可加工厂,制衣、油漆、制鞋、建筑材料生产、 文体器材、军需品生产、超市连锁店、高级宾馆、橡胶种植园、锡矿、煤矿、水泥、海产渔业、印刷、造纸、旅游、餐饮及交通运输等各行各业,为印尼的经济建设 作出卓越的贡献。
1998年印尼政府施行民主改革政策,华人已成为印尼公民,不少华人精英积极参予民主竞选走向政坛。其中,客家人黄汉山两次当选西加省副省长;钟万 学先后当选东勿里洞县长、雅加达专区副省长;黄少凡2007年至2012年当选山口洋市长;刘健源当选坤甸市议长;陈福美女士当选国会议员;还有一批当选 县长、省议员。这些华人政界人士参与管理国家大政,为祖国的繁荣昌盛而出谋献力。
物换星移。自二十世纪六十年代以来,印尼客家人已成为印尼籍的华裔公民,与一百多个民族和睦相处,为印度尼西亚祖国的腾飞谱写新的篇章。